Entri Populer

Kamis, 10 Maret 2011

Laporan DAS

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 1995). DAS terdiri dari daerah tadah (Catchment area) yang membentuk daerah hulu dan daerah penyaluran air (Commanded area) di bawah daerah tadah. DAS hulu, tengah dan hilir memiliki karakteristik biofisik yang berbeda-beda sehingga aktifitas makhluk hidup termasuk manusia pada daerah sekitar DAS menjadi berbeda pula baik DAS hulu, tengah maupun hilir.
Pulau lombok memiliki sumber daya alam yang cukup baik, yang terdiri dari daerah hutan sebagai daerah hulu hingga daerah pesisir pantai sebagai daerah hilirnya. Dari daerah hulu sampai daerah hilir, dipulau lombok terdapat 4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS) utama yaitu DAS Dodokan, DAS Putih, DAS Menanga, dan DAS Jelateng. Dari keempat DAS tersebut, DAS Dodokan merupakan DAS yang paling panjang namun merupakan DAS yang kritis dan ketiga DAS tersebut juga merupakan DAS kritis pula. DAS Dodokan melingkupi tiga kabupaten dan satu kota yakni kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur serta Kota Mataram. Namun lebih banyak terkonsentrasi di kabupaten Lombok Barat.
DAS yang ada sekarang ini sudah merupakan DAS yang sudah rusak sehingga dikatakan DAS kritis. Rata-rata 80% DAS yang ada di seluruh wilayah Indonesia merupakan DAS kritis termasuk yang di pulau Lombok sehingga perlu pengelolaan yang lebih baik. Namun pengelolaan DAS dewasa ini amatlah sulit dalam pelaksanaannya karena dipengaruhi oleh adanya otonomi daerah yang saling menuding dan saling berbeda kepentingan sehingga mengakibatkan kerusakan DAS yang berakibat fatal bagi kesejahteraan umat manusia, serta koordinasi pada pengelolaan DAS sangatlah sulit terjalin antara satu instansi dengan instansi yang terkait dalam mengelola suatu DAS.
Salah satu fungsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok air dengan kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di daerah hilir. Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air pada DAS yang akan lebih dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir. Contohnya DAS Babakan yang berada di daerah hilir yang merupakan sub DAS dari DAS Dodokan merasakan akibat yang merugikan berupa melimpahnya debit air sungai kiriman dari daerah hulu dan tengah sehingga mengakibatkan banjir pada DAS Babakan tersebut, dan aliran air yang mengalir pada sungai Babakan berwarna coklat yang mengindikasikan bahwa pada daerah tengah dan hulu terjadi kerusakan yang mengakibatkan tanah tererosi yang berpotensi terjadinya degradasi lahan pada daerah hulu dan tengah. Hal tersebut tidak lama terjadi, dimana pada hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum DAS ini terlihat hasil sedimentasi berupa pasir dan sampah yang nyangkut di tengah batang pohon yang terangkut oleh aliran air sungai dari daerah hulu dan tengah.
Peristiwa yang terjadi tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja, disinilah peran mahasiswa maupun instansi yang terkait harus sadar betapa besar dampak yang akan terjadi apabila keadaan tersebut dibiarkan terjadi terus-menerus tanpa ada usaha untuk menanggulanginya demi kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Tujuan Praktikum

Tujuan di adakannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui Daerah Aliran Sungai (DAS) serta kondisi DAS saat ini di sekitar Lombok Barat, yaitu didaerah sungai Babakan, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah pengairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. (UU No 7/2004 Ps 1)
Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktifitasnya untuk mewujudkan kemanfaatan sumberdaya alam bagi kepentingan pembangunan dan kelestarian DAS serta kesejahteraan masyarakat (Hutabarat, 2008).
Karena DAS dianggap sebagai suatu sistem, maka dalam pengembangannyapun DAS harus diperlakukan sebagai suatu sistem. Dengan memperlakukan sebagai suatu sistem dan pengembangannya bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka sasaran pengembangan DAS akan menciptakan ciri-ciri yang baik sebagai berikut : Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi. Setiap bidang lahan harus memberikan produktivitas yang cukup tinggi sehingga dapat mendukung kehidupan yang layak bagi petani yang mengusahakannnya. Mampu mewujudkan, pemerataan produktivitas di seluruh DAS. Dan dapat menjamin kelestarian sumberdaya air. (Agus, dkk., 2007).
Fungsi hutan dalam ekosistem DAS perlu dipandang dari tiga aspek berbeda, yaitu pohon, tanah dan lansekap (landscape). Vegetasi hutan berfungsi mengintersepsi air hujan, namun laju transpirasi yang tinggi mengakibatkan perbandingan dengan jenis vegetasi non-irigasi lainnya. Tanah hutan memiliki lapisan seresah yang tebal, kandungan bahan organik tanah, dan jumlah makro porositas yang cukup tinggi sehingga laju infiltrasi air lebih tinggi dibandingkan dengan lahan pertanian. Dari sisi lansekap, hutan tidak peka terhadap erosi karena memiliki filter berupa seresah pada lapisan tanahnya. Hutan dengan karakteristik tersebut di atas sering disebut mampu meredam tingginya debit sungai pada saat musim hujan dan menjaga kestabilan aliran air pada musim kemarau. Namun prasyarat penting untuk memiliki sifat tersebut adalah jika tanah hutan cukup dalam (e-3m). Dalam kondisi ini hutan akan mampu berpengaruh secara efektif terhadap berbagai aspek tata air (Noordwijk dan Farida, 2004).
Daerah resapan air berperan sebagai penyaring air tanah. Ketika air masuk ke daerah resapan maka akan terjadi proses penyaringan air dari partikel-partikel yang terlarut di dalamnya. Hal ini dimungkinkan karena perjalanan air dalam tanah sangat lambat dan oleh karenanya memerlukan waktu yang relatif lama. Pada keadaan normal, aliran air tanah langsung masuk ke sungai yang terdekat (Asdak, 1995).
Berkurangnya infiltrasi air ke dalam tanah yang mengalami erosi di bagian hulu DAS menyebabkan pengisian kembali (recharge) air di bawah tanah (ground water) juga berkurang yang mengakibatkan kekeringan di musim kemarau. Dengan demikian terlihat bahwa peristiwa banjir dan kekeringan merupakan fenomena ikutan yang tidak terpisahkan dari peristiwa erosi. Bersama dengan sedimen, unsur-unsur hara terutama N dan P serta bahan organikpun banyak yang ikut terbawa masuk ke dalam waduk atau danau (Agus, dkk., 2007).

BAB III
DAFTAR PERMASALAHAN

Dalam setiap DAS memiliki permasalahan tersendiri baik dari aspek teknis, perencanaan, pengelolaan maupun aspek-aspek yang lainnya. Dari praktikum yang telah dilaksanakan di sungai Babakan, dapat dilihat beberapa permasalahan sebagai berikut pada daerah sekitar DAS tersebut diantaranya :
1. Terjadinya sedimentasi tanah pasiran yang berpotensi mendangkalkan permukaan sungai.
2. Warna air yang mengalir pada sungai tersebut berwarna coklat yang mengindikasikan bahwa telah terjadi erosi pada daerah hulu dan tengah DAS.
3. Dari aspek sosial-budaya, DAS Babakan kurang terpelihara baik oleh pihak yang berwenang maupun kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan masih sangat minim.
4. Dengan rusaknya daerah hulu dan tengah, maka daerah hilir sebagai daerah limpasannya akan merasakan dampak seperti banjir apabila debit air berlebihan yang dapat merugikan bagi masyarakat dan makhluk hidup di sekitarnya berupa terendamnya tanaman budidaya oleh banjir sehingga merugikan dari aspek ekonomi petani. Disamping itu pencemaran juga akan terjadi melalui pengangkutan unsur beracun dari daerah yang dilalui DAS, dan sebagainya.

BAB IV
METODOLOGI PRAKTIKUM

a. Tempat Dan Waktu Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada hari Minggu, Tanggal 7 November 2010. di DAS Babakan, Desa Rumak, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat.

b. Prosedur Praktikum
Prosedur (cara kerja) dalam praktikum ini yaitu mendengarkan penjelasan dari dosen dan menulis hal-hal yang berkaitan dengan praktikum ini sebagai bahan dalam penyusunan laporan.

BAB V
PEMBAHASAN

Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu wilayah daratan yang dibatasi oleh pemisah topografis berupa punggung bukit yang menerima air hujan dan mengalirkannya ke hilir dan bermuara ke laut.
DAS merupakan sumberdaya darat yang sangat komplek dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai peruntukan. Setiap anasir dalam DAS memerlukan cara penanganan yang berbeda-beda tergantung pada watak, kelakuan dan kegunaan masing-masing. Sebagai contoh, ketrampilan dan pengetahuan anasir manusia dapat menyuburkan tanah yang tadinya gersang.
Lombok yang memiliki empat DAS utama yaitu DAS Dodokan, DAS Menanga, DAS Putih, dan DAS Jelateng memerlukan perhatian yang lebih dari pemerintah karena DAS tersebut tergolong dalam DAS kritis. Pengerusakan hutan (hulu) dimana daerah tersebut merupakan daerah konservasi yang tidak boleh diganggu kelestariannya dewasa ini sudah terlihat rusak sampai keadaan memprihatinkan yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang berupa penebangan liar. Aktivitas manusia tersebut dipicu oleh masalah ekonomi yang tidak tercukupi karena kurangnya bahkan tidak ada lapangan pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan serta tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya rendah sehingga kurang memperdulikan dampak yang akan terjadi oleh perbuatannya tersebut walaupun sebagian mengetahuinya.
Rusaknya DAS juga terjadi oleh kebijakan pemerintah (otonomi daerah) yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda dan pemanfaatan DAS yang berbeda pula. Kurangnya komunikasi dan koordinasi dalam mengelola suatu DAS berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan. Instansi-instansi yang terkait juga selalu mempermasalahkan apa yang akan didapat apabila melakukan pelestarian suatu DAS. Hal tersebut tentu mengakibatkan DAS yang ada sekarang ini menjadi terbengkalai dan tak terpelihara sehingga menjadi DAS yang kritis. DAS kritis dicirikan dengan kurangnya vegetasi yang tumbuh pada sekitar DAS, semakin berkurangnya daerah resapan air, dan fluktuasi debit air pada musim hujan dengan musim kemarau jauh berbeda.
DAS Babakan yang merupakan sub-DAS Dodokan pada hasil pengamatan yang telah dilakukan memiliki debit air yang cukup besar, namun mengandung bahan-bahan material tanah yang terangkut dari daerah hulu maupun tengah sehingga air yang mengalir menjadi berwarna coklat. DAS Babakan memiliki daerah resapan dan vegetasi yang cukup baik, dimana pada pinggir-pinggir sungai banyak ditumbuhi oleh pohon bambu dan tanaman tahunan lainya dan terdapat pula hutan rakyat (agroforestri). Meskipun DAS Babakan dapat dikatakan cukup baik, akantetapi jika daerah hulu dan tengah rusak maka DAS Babakan akan menerima akibatnya, dimana dalam waktu yang tidak terlalu lama pada DAS Babakan sesui dengan hasil pengamatan yang dilakukan pernah terjadi luapan air yang mengakibatkan banjir, sehingga dibutuhkan suatu pemikiran seperti “satu DAS, satu perencanaan dan satu pengelolaan”.
Dalam pengelolaan suatu DAS, slogan Satu DAS, Satu Perncanaan dan Satu Pengelolaan (3S) merupakan solusi yang amat sangat perlu dilakukan, namun dalam pelaksanaannya amatlah sulit untuk diterapkan. Suatu DAS harus dikelola oleh satu pemerintahan pusat untuk mewujudkan 3S dan tidak boleh terpecah belah. Misalnya kasus yang terjadi di Lombok seperti DAS Dodokan yang meliputi tiga Kabupaten dan satu Kota terpecah pengelolaannya pada masing-masing Kabupaten dan Kota tersebut, dimana setiap kabupaten tidak mau berkoordinasi satu sama lain dalam melestarikan DAS. Hal tersebut terjadi seperti dijelaskan di atas oleh adanya otonomi daerah dan sikap prilaku kedaerahan.
Dengan berbagai permasalahan dan penyebab terjadinya pengerusakan suatu DAS seperti yang telah dijelaskan diatas, maka perlu direncanakan asumsi dan solusi untuk menghadapi masalah tersebut. Daerah hulu dengan karakteristik biofisik DAS yaitu sebagai daerah konservasi merupakan daerah yang amatlah perlu dijaga kelestariannya, dimana pada daerah tersebut vegetasi yang tumbuh didominasi oleh tanaman tahunan dan perkebunan. Maka hendaknya menanan tanaman tahunan yang berfungsi sebagai lindung yang tidak dipanen kayunya seperti beringin. Aspek ekonomi masyarakat yang rendah cenderung mendorong masyarakat untuk melakukan pengerusakan lingkungan, maka perlu diadakannya penyuluhan dan menciptakan lapangan pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam pengelolaan suatu DAS hendaknya jangan hanya memperhatikan aspek kelestarian ekologi lingkungan saja, melainkan memperhatikan aspek pendorong kelestarian lingkungan yang lainya yakni kelestarian masyarakat setempat. Kelestarian masyarakat tersebut baik dari segi ekonomi, sosial-budaya dan hukum yang berlaku pada daerah tersebut baik hukum adat, agama maupun hukum negara.
Suatu konsep yang amat mendukung kelestarian tersebut (SDA dan SDM) adalah terutama peran pemerintah dalam pengelolaan tata ruang dan pengelolaan DAS. Karena minimnya pengetahuan dan kesadaran akan lingkungan, hendaknya pemerintah berkerja sama dengan pihak yang terkait dengan hal tersebut baik instansi, akademika maupun human untuk melakukan koordinasi antara satu sama lain. Konsep Agroforestri merupakan salah satu konsep yang cukup baik untuk memberdayakan masyarakat yang dapat meningkatkan pendapatannya sehingga tidak merusak daerah hulu sebagai daerah konservasi. Dan selogan 3S (Satu DAS, Satu Perencanaan Dan Satu Pengelolaan) merupakan konsep yang sangat perlu diwujudkan agar kelestarian dan kemakmuran masyarakat banyak dapat tercapai.



Gambar tanaman bambu sebagai Gambar Agriforestri yang terdapat dan aliran
vegetasi di pinggir sungai air yang berwarna coklat





BAB VI
KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan yang telah dilaksanakan dalam praktikum ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya :
1. Pulau Lombok memiliki empat Daerah Aliran Sungai (DAS) yang utama, yakni DAS Dodokan, DAS Menanga, DAS Putih, dan DAS Jelateng dimana semua DAS tersebut tergolong DAS kritis sehingga perlu adanya pengelolaan lebih lanjut.
2. Kerusakan DAS yang terjadi disebabkan oleh aktivitas manusia yang tidak baik bagi lingkungan, dimana aktivitas manusia tersebut dipicu oleh terbelitnya masalah ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan tingkat pendidikan yang minim sehingga kurangnya kesadaran betapa pentingnya kelestarian lingkungan serta sosial budaya masyarakat sekitar DAS yang tidak bersahabat dengan alam.
3. Kerusakan DAS juga dapat diperparah oleh kurangnya peran pemerintah dalam mengelola suatu DAS yang mengutamakan otonomi daerah dan sikap yang terlalu kedaerahan.
4. Upaya yang perlu dilakukan adalah mempertahankan kelestarian daerah hulu suatu DAS karena merupakan daerah konservasi dan sebagai sumber mata air untuk daerah tengah dan hilir.
5. Suatu konsep yang amat penting untuk mengelola suatu DAS agar kelestariannya tetap terjaga adalah konsep “Satu DAS, Satu Perencanaan, dan Satu Pengelola”.






DAFTAR PUSTAKA

Agus, W. dkk., 2007. Pengertian Daerah Aliran Sungai. http//www.pdfsearch.com. diakses 13 November 2010

Asdak, K.A, 1995. Pengertian dan Konsep Daerah Aliran Sungai. http//www.pdfsearch.com. diakses 13 November 2010

Hutabarat, Silver, 2008. Kebijakan Pengelolaan DAS Terpadu. http//www.blogspot.com. diakses 13 November 2010

Noordwijk dan Farida, 2004. Teknik Sumber Daya Air. Erlangga : Jakarta.

UU No 7/2004 Ps 1. Departemen Pertanian, Perhimpunan Meteorologi pertanian Indonesia : Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar